Kamis, 19 Mei 2016

Makalah Azaza dan Falsafah Penjas






Tugas : Individu                                                                                                            Dosen : Dr. hj. Hasmiati, M.kes

AZAZ DAN FALSAFAH PENJAS

unm 2


OLEH :

NAMA           : HAERUDDIN
NIM               : 13B04017
PROGRAM  : PENJAS DAN OLAHRAGA

PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2013
 




KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT Rabb alam semesta atas segala rahmat dan karunia-Nya. Sehingga penilis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan judul “AZAZ DAN FALSAFAH PENJASSerta tidak lupa kita panjatkan. Shalawat dan taslim kepada junjungan Nabiullah Muhammad SAW dan Kepada keluarga, para sahabatnya dan kepada kita selaku ummatnya
Makalah ini diajukan sebagai salah satu tugas mata kuliah. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang turut memberikan dorongan dan bantuan dalam penyelesaian makalah ini.
Penulis berharap makalah ini dapat  bermanfaat dan diterima oleh semua pihak. Oleh karena itu, saran dan keritik yang membangun penulis harapkan dari para pembaca, Demi kesempurnaan makalah ini.



Makassar,  3 Juli 2013

                                                                                                                 Penyusun.                                   
                                                                                                          
              
DAFTAR ISI
Halaman Judul………………………………………..…………………………   x
Kata Pengantar………………………………………………………………….    i
Daftar Isi…………………………………………………………………………    ii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang…………………………………………………………......    1
B.     Rumusan Masalah…………………………………………………….........     2
C.    Tujuan . ……………………………………………………………………..    2
BAB II PEMBAHASAN
A.    Pengertian Pendidikan Jasmani………………………………………..    3
B.     Pengertian Falsafah.........................................................................             3
1.      Radikal...................................................  .......................................         4
2.      Sistematik ........................................................    ............................        4
3.      Sejagat.......................................................................................               4
C.    Kedudukan pendidikan jasmani dan Asas Falsafah………………….    5
D.    Hakikat Pendidikan Jasmani …………………………………………..    6
E.     Tujuan Pendidikan Jasmani …………………………………………...    9
F.     Gerak Sebagai Kebutuhan Anak……………………………………….   10
G.    Pentingnya Pendidikan Jasmani ……………………………………….   11
H.    Dasar Falsafah Pendidikan Jasmani…………………………………...    13
I.       Kebugaran dan kesehatan………………………………………………   13
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………………...............     16   
 B. Saran ……………………………………………………………............    16
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………. 17



           BAB I
PENDAHULUAN

A.       Latar Belakang
Pada hakikatnya pendidikan jasmani adalah proses yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan dalam kualitas diri seseorang baik dalam hal fisik, mental, serta emosional. Pendidikan jasmani memperlakukan seseorang sebagai sebuah kesatuan utuh, mahluk total, dari pada hanya menganggapnya sebagai seseorang yang terpisah kualitas fisik dan mentalnya pendidikan jasmani adalah suatu ilmu pendidikan yang memiliki kajian yang begitu luas. Titik fokusnya adalah memberikan peningkatan pada gerak fungsi, Lebih utamanya penjas berkaitan dengan hubungan antara gerak seseorang dan wilayah pendidikan lainnya hubungan dari perkembangan tubuh fisik dan fikiran serta jiwanya.
Pendidikan diartikan dengan sebagai ungkapan dan kalimat namun pada akhirnya memiliki esensi yang sama dimana jika disimpulkan akan bermakna jelas bahwa pendidikan jasmani memanfaatkan alat fisik untuk pengembangan kebutuhan manusia. Dalam kaitannya diartikan bahwa melalui fisik aspek mental dan emosional turut terkembangkan, bahkan sampai pada penekanan yang cukup dalam. Berbeda dengan bidang lain misalnya pendidikan moral, yang penekanannya benr-benar pada perkembangan moral, tetapi aspek fisik tidak terkembangkan baik langsung maupun tidak. sungguh, pendidikan jasmani ini karenanya harus menyebabkan perbaikan dalam ‘pikiran dan tubuh’ yang mempengaruhi seluruh aspek kehidupan harian seseorang.
Pendidikan jasmani merupakan bagian penting dari proses pendidikan. Artinya, penjas bukan hanya dekorasi atau ornamen yang ditempel pada program sekolah sebagai alat untuk membuat anak sibuk. Tetapi penjas adalah bagian penting dari pendidikan. Melalui penjas yang diarahkan dengan baik, anak-anak akan mengembangkan keterampilan yang berguna bagi pengisian waktu senggang, terlibat dalam aktivitas yang kondusif untuk mengembangkan hidup sehat, berkembang secara sosial, dan menyumbang pada kesehatan fisik dan mentalnya.
Pendidikan jasmani merupakan wahana pendidikan, yang memberikan kesempatan bagi anak untuk mempelajari hal-hal yang penting. Oleh karena itu, pelajaran penjas tidak kalah penting dibandingkan dengan pelajaran lain seperti; Matematika, Bahasa, IPS dan IPA, dan lain-lain.
Namun demikian tidak semua guru penjas menyadari hal tersebut, sehingga banyak anggapan bahwa penjas boleh dilaksanakan secara serampangan. Hal ini tercermin dari berbagai gambaran negatif tentang pembelajaran penjas, mulai dari kelemahan proses yang menetap misalnya membiarkan anak bermain sendiri hingga rendahnya mutu hasil pembelajaran, seperti kebugaran jasmani yang rendah.
B.       Rumusan Masalah
1.      Menjelaskan tentang Pengertian Pendidikan Jasmani !
2.      Menjelaskan tentang Pengertian Falsafah !
3.      Menjelaskan tentang Kedudukan Pendidikan Jasmani dan Asas Falsafah !
4.      Menjelaskan tentang Hakikat Pendidikan Jasmani !
5.      Menjelaskan tentang Tujuan Pendidikan jasmani !
C.      Tujuan
1.      Untuk mengetahui Pengertian Pendidikan Jasmani
2.      Untuk mengetahui Pengertian Falsafah
3.      Untuk mengetahui Kedudukan Pendidikan Jasmani dan Asas Falsafah
4.      Untuk mengetahui Hakikat Pendidikan Jasmani
5.      Untuk mengetahui Tujuan Pendidikan Jasmani








BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian pendidikan jasmani
Apakah sebenarnya pendidikan jasmani dan apa tujuannya? Secara umum pendidikan jasmani dapat didefinisikan sebagai berikut:
Ø   Pendidikan jasmani adalah Peroses pendidikan yang memanfaatkan aktifitas tubuh yang direncanakan secara sistematis yang bertujuan untuk meningkatkan dan mengembangkan individu secara organik, neuromuskuler, intelektual, dan emosionalnya.
Pendidikan jasmani diartikan sebagai proses pendidikan melalui aktivitas jasmani atau olahraga. Inti pengertiannya adalah mendidik anak. Yang membedakannya dengan mata pelajaran lain adalah alat yang digunakan adalah gerak insani, manusia yang bergerak secara sadar. Gerak itu dirancang secara sadar oleh gurunya dan diberikan dalam situasi yang tepat, agar dapat merangsang pertumbuhan dan perkembangan anak didik.
B.       Pengertian Falsafah
Falsafah ialah suatu disiplin ilmiahh yang mengusahakan kebenaran yang umum dan asas. Perkataan falsafah dalam bahasa melayu berasal dari bahasa arab dan yunani {philosopia}, yang bermaksud “cinta kepada hikmah” secara umumnya, falsafah mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1.      Merupakan suatu usaha pemikiran yang tuntas
2.      Tujuanya adalah untuk mendapatkan kebenaran
Sehingga kini, ahli falsafah masih belum mencapai kata sepakat mengenai takrifan falsafah. Malah ada yang mngatakan bahwa falsafahmerupakan sesuatu yang tidak dapat ditakrifkan. Ini di karenakan kita dapat berfalsafah tentang pengertian falsafah. maka dengan iitulah kita akan menemui pendapat yang berbeda-beda mengenai  takrif  falsafah dari para ahli falsafah. Sebagai rujukan umum  dalam hal ini kita mengambil contoh takrif dari Drs. sidi gazalba Berfalsafah ialah mencari kebenaran  tentang segala sesuatu yang dipermasalahkan, baik pemikiran secara radikal sistematik maupun sejagat. Apabila seseorang berpikir demikian dalam menghadapi masalah maka sangat erat hubungannya dengan falsafah.
Berfalsafah secara mudah dapat dimaksudkan sebagai memikirkan sesuatu dengan mendalam. Dimana berfalsafah merupakan bagian penting dari falsafah. Ini bisa dikatakan sebagai inti dari falsafah. Berfikir secara falsafah ini mengandung tiga ciri:
1.         Radikal ini bermaksud bahwa berfalsafah merupakan corak pemikiran yang tuntas, dengan ini dapat terfikirkan secara mendalam hingga sampai pada akar bagi suatu masalah.
2.         Sistematik ialah berfikir logik, yang bergerak selangkah demi selangkah dengan penuh kesadaran yang tersusun rapi.
3.         Sejagat ialah pemikiran tidak terbatas pada bagian-bagian tertentu, tapi merupakan jawaban bagi suatu persoalan.
Ketika berfalsafah, seseorang tidak dirujuk pada sumber kewibawaan dalam menyelesaikan suatu persoalan. Sebaliknya, yakni ditujukan untuk menjawab persoalan tersebut dengan akal sehat.
Persoalan falsafah ialah topik yang dibicarakan dalam bidang falsafah. Ini bisa diibaratkan sebagai isi dalam falsafah. Persoalan falsafah setianya disifatkan sebagai soalan yang sangat rumit, dan memerlukan pemikiran yang bersungguh-sungguh. Suatu persoalan falsafah dimana apabila persoalan itu tidak dapat diselesaikan melalui kaedah pengamatan ataupun kaedah sains. Biasanya, persoalannya akan melibatkan tentang konsep, idealogi, dan perkara-perkara lain yang abstrak.Bidang falsafah memberikan nilai yang tinggi kepada soalan yang baik, atau persoalan yang memiliki nilai kefalsafahannya. Ini karena persoalan yang baik akan mendatangkan jawaban yang baik, Kategori falsafah ada lima bidang berdasarkan persoalannya, yaitu:
1.         Metafizik yaitu bidang falsafah yang memikirkan tentang kewujudan.
2.         Epistmologi yaitu bidang falsafah yang berfikir tentang ilmu pengetahuan.
3.         Etika yaitu bidang falsafah yang memikirkan tentang kemoralan manusia.
4.         Logik adalah suatu bidang falsafah yang mengkaji penaakulan manusia.
5.         Estetika yakni bidang falsafah yang memikirkan tentang keindahan.

Tradisi falsafah menurut socrates ialah sesuatu yang diusahakan oleh setiap bangsa. Karena manusia secara semula jadinya mempunyai fitrah ingin tahu dan cenderung kepada kebenaran. Maka dari itu tradisi falasafah terbina oleh kelompok manusia yang mengadakan pendekatan yang berbeda terhadap falsafah. Dalam suatu tradisi falsafah, anggotanya akan mempunyai minat yng sama dalam suatu persoalan falsafah dan juga mempunyai pengaruh yang sama daripada seseorang tokoh falsafah.

C.      Kedudukan pendidikan jasmani dan Asas Falsafah
Bangsa kita saat ini tengah digoncang dengan maraknya alat-alat tekhnologi yang canggih dimasyarakat ditambah dengan adanya krisis ekonomi yang sangat memukul hati bangsa kita, dan hingga kini rasa itu terus membekas  bagaikan luka didalam sebagian besar masyarakat kita belum lagi kondisi dunia saat ini yang dihadapkan pada perebutan kekuasaan dan politik yang mengakibatkan ekonomi bangsa kita telah terjatuh pada keadaan yang tak dapat terkendali lagi. Dan buah dari semua itu manghasilkan suatu persoalan yang diantaranya harga barang yang tak dapat terkendali selalu pada level yang tinggi, sulitnya hidup bagi para kaum kecil, ditambah konflik yang terus terjadi diberbagai daerah dan kota, serta tinggginya pengangguran hingga defisit negeri kita yang semakin memuncak.
Meskipun negara-negara maju telah mengambil langkah-langkah yang pasti terhadap persoalan tersebut, namun negeri kita tetap dalam keadaan yang lemah, tidak hanya itu namun kemajuan tekhnologi informasi dan komunikasi juga telah mencapai saat yang begitu maju yang akhirnya menghadapkan kepada para remaja dan anak-anak kita hidup pada gaya yang semakin jauh dari semangat perkembangan total,karena mereka lebih asyik duduk dan bersantai  yang akhirnya mengorbankan kepentingan keunggulan fisik dan moralnya secara individu. Mereka lebih mengutamakan bahkan senang dengan gaya hidup sedenter { kurang gerak}. Ini diakibatkan dengan adanya tekhnologi yang hampir semua pekerjaan dan gerakan hanya dilakukan oleh serangkaian mesin yang tidak lain hanya membuat orang menjadi malas. Akhirnya akan menimbulkan sebuah efek dimana kaki dan tangan tidak dapat lagi melakukan olahraga sebagaimana mestinya, dalam keadaan serta kondisi seperti inilah kita akan dapat mengetahi peranan makna dan kedudukan pendidikan jasmani.
D.      Hakikat Pendidikan Jasmani
Pendidkan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional. Pendidikan jasmani memperlakukan anak sebagai sebuah kesatuan utuh, mahluk total, daripada hanya menganggapnya sebagai seseorang yang terpisah kualitas fisik dan mentalnya.
Pendidikan jasmani adalah suatu bidang kajian yang sungguh luas. Titik perhatiannya adalah peningkatan gerak manusia. Lebih khusus lagi, penjas berkaitan dengan hubungan antara gerak manusia dan wilayah pendidikan lainnya: hubungan dari perkembangan tubuh-fisik dengan pikiran dan jiwanya. Fokusnya pada pengaruh perkembangan fisik terhadap wilayah pertumbuhan dan perkembangan aspek lain dari manusia itulah yang menjadikannya unik. Tidak ada bidang tunggal lainnya seperti pendidikan jasmani yang berkepentingan dengan perkembangan total manusia.Per definisi, pendidikan jasmani diartikan dengan berbagai ungkapan dan kalimat. Namun esensinya sama, yang  jika disimpulkan bermakna jelas, bahwa pendidikan jasmani memanfaatkan alat fisik untuk mengembangan keutuhan manusia. Dalam kaitan ini diartikan bahwa melalui fisik, aspek mental dan emosional pun turut terkembangkan, bahkan dengan penekanan yang cukup dalam. Berbeda dengan bidang lain, misalnya pendidikan moral, yang penekanannya benar-benar pada perkembangan moral, tetapi aspek fisik tidak turut terkembangkan,baik langsung maupun secaratidaklangsung. Sungguh, pendidikan jasmani ini karenanya harus menyebabkan perbaikan dalam ‘pikiran dan tubuh’ yang mempengaruhi seluruh aspek kehidupan harian seseorang. Pendekatan holistik tubuh-jiwa ini termasuk pula penekanan pada ketiga domain kependidikan: psikomotor, kognitif, dan afektif. Dengan meminjam ungkapan Robert Gensemer, penjas diistilahkan sebagai proses menciptakan “tubuh yang baik bagi tempat pikiran atau jiwa.” Artinya, dalam tubuh yang baik ‘diharapkan’ pula terdapat jiwa yang sehat, sejalan dengan pepatah Romawi Kuno: Men sana in corporesano.
Kesatuan Jiwa dan Raga Pertanyaan sulit di sepanjang jaman adalah pemisahan antara jiwa dan raga atau tubuh. Kepercayaan umum menyatakan bahwa jiwa dan raga terpisah, dengan penekanan berlebihan pada satu sisi tertentu, disebut dualisme, yang mengarah pada penghormatan lebih pada jiwa, dan menempatkan kegiatan fisik secara lebih inferior.
Pandangan yang berbeda lahir dari filsafat monisme, yaitu suatu kepercayaan yang memenangkan kesatuan tubuh dan jiwa. Kita bisa melacak pandangan ini dari pandangan Athena Kuno, dengan konsepnya “jiwa yang baik di dalam raga yang baik.” Moto tersebut sering dipertimbangkan sebagai pernyataan ideal dari tujuan pendidikan jasmani tradisional: aktivitas fisik mengembangkan seluruh aspek dari tubuh; yaitu jiwa, tubuh, dan spirit. Ungkapan Zeigler bahwa fokus dari bidang pendidikan jasmani adalah aktivitas fisik yang mengembangkan, bukan semata-mata aktivitas fisik itu sendiri. Selalu terdapat tujuan pengembangan manusia dalam program pendidikan jasmani. Akan tetapi, pertanyaan nyata yang harus dikedepankan di sini bukanlah ‘apakah kita percaya terhadap konsep holistik tentang pendidikan jasmani, tetapi, apakah konsep tersebut saat ini bersifat dominan dalam masyarakat kita atau di antara pengemban tugas penjas sendiri?
Dalam masyarakat sendiri, konsep dan kepercayaan terhadap pandangan dualisme di atas masih kuat berlaku. Bahkan termasuk juga pada sebagian besar guru penjas sendiri, barangkali pandangan demikian masih kuat mengakar, entah akibat dari kurangnya pemahaman terhadap falsafah penjas sendiri, maupun karena kuatnya kepercayaan itu. Yang pasti, masih banyak guru penjas yang sangat jauh dari menyadari terhadap peranan dan fungsi pendidikan jasmani di sekolah-sekolah, sehingga proses pembelajaran penjas di sekolahnya masih lebih banyak ditekankan pada program yang berat sebelah pada aspek fisik semata-mata. Bahkan, dalam kasus Indonesia, penekanan yang berat itu masih dipandang labih baik, karena ironisnya, justru program pendidikan jasmani di kita malahan tidak ditekankan ke mana-mana. Itu karena pandangan yang sudah lebih parah, yang memandang bahwa program penjas dipandang tidak penting sama sekali. Nilai-nilai yang dikandung penjas untuk mengembangkan manusia utuh menyeluruh, sungguh masih jauh dari kesadaran dan pengakuan masyarakat kita. Ini bersumber dan disebabkan oleh kenyataan pelaksanaan praktik penjas di lapangan. Teramat banyak kasus atau contoh di mana orang menolak manfaat atau nilai positif dari penjas dengan menunjuk pada kurang bernilai dan tidak seimbangnya program pendidikan jasmani di lapangan seperti yang dapat mereka lihat. Perbedaan atau kesenjangan antara apa yang kita percayai dan apa yang kita praktikkan (gap antara teori dan praktek) adalah sebuah duri dalam bidang pendidikan jasmani kita. Hubungan Pendidikan Jasmani dengan Bermain dan Olahraga Bermain pada intinya adalah aktivitas yang digunakan sebagai hiburan. Kita mengartikan bermain sebagai hiburan yang bersifat fisikal yang tidak kompetitif, meskipun bermain tidak harus selalu bersifat fisik. Bermain bukanlah berarti olahraga dan pendidikan jasmani, meskipun elemen dari bermain dapat ditemukan di dalam keduanya.
Olahraga di pihak lain adalah suatu bentuk bermain yang terorganisir dan bersifat kompetitif. Beberapa ahli memandang bahwa olahraga semata-mata suatu bentuk permainan yang terorganisasi, yang menempatkannya lebih dekat kepada istilah pendidikan jasmani. Akan tetapi, pengujian yang lebih cermat menunjukkan bahwa secara tradisional, olahraga melibatkan aktivitas kompetitif.
Bermain, olahraga dan pendidikan jasmani melibatkan bentuk-bentuk gerakan, dan ketiganya dapat melumat secara pas dalam konteks pendidikan jika digunakan untuk tujuan-tujuan kependidikan. Bermain dapat membuat rileks dan menghibur tanpa adanya tujuan pendidikan, seperti juga olahraga tetap eksis tanpa ada tujuan kependidikan. untuk kepentingan pendidikan, atau untuk kombinasi keduanya. Kesenangan dan pendidikan tidak harus dipisahkan secara eksklusif; keduanya dapat dan harus beriringan      bersama. Lalu bagaimana dengan rekreasi dan dansa (dance)? Rekreasi adalah aktivitas untuk mengisi waktu senggang. Akan tetapi, rekreasi dapat pula memenuhi salah satu definisi “penggunaan berharga dari waktu luang.” Dalam pandangan itu, aktivitas diseleksi oleh individu sebagai fungsi memperbaharui ulang kondisifisik dan jiwa, sehingga tidak berarti hanya membuang-buang waktu atau membunuh waktu. Rekreasi adalah aktivitas yang menyehatkan pada aspek fisik, mental dan sosial. Jay B. Nash menggambarkan bahwa rekreasi adalah pelengkap dari kerja, dan karenanya merupakan kebutuhan semua orang. Dengan demikian, penekanan dari rekreasi adalah dalam nuansa “mencipta kembali” (re-creation) orang tersebut, upaya revitalisasi tubuh dan jiwa yang terwujud karena menjauh’ dari aktivitas rutin dan kondisi yang menekan dalam kehidupan sehari-hari.
E.       Tujuan Pendidikan Jasmani
Tujuan pendidikan adalah untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berolahraga. Ada pula yang berpendapat, tujuannya adalah meningkatkan taraf  kesehatan anak yang baik, dan tidak bisa disangkal pula pasti ada yang mengatakan, bahwa tujuan pendidikan jasmani adalah untuk meningkatkan kebugaran jasmani. Kesemua jawaban di atas benar belaka., sebab yang paling penting dari kesemuanya itu tujuannya bersifat menyeluruh.
Secara sederhana, pendidikan jasmani memberikan kesempatan kepada siswa untuk:
1.      Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan aktivitas jasmani, perkembangan estetika, dan perkembangan sosial.
2.      Mengembangkan kepercayaan diri dan kemampuan untuk menguasai keterampilan gerak dasar yang akan mendorong partisipasinya dalam aneka aktivitas jasmani.
3.      Memperoleh dan mempertahankan derajat kebugaran jasmani yang optimal untuk melaksanakan tugas sehari-hari secara efisien dan terkendali.
4.      Mengembangkan nilai-nilai pribadi melalui partisipasi dalam aktivitas jasmani baik secara kelompok maupun perorangan.
5.      Berpartisipasi dalam aktivitas jasmani yang dapat mengembangkan keterampilan sosial yang memungkinkan siswa berfungsi secara efektif dalam hubungan antar orang.
6.      Menikmati kesenangan dan keriangan melalui aktivitas jasmani, termasuk permainan olahraga. Diringkaskan dalam terminologi yang populer, maka tujuan pembelajaran pendidikan jasmani itu harus mencakup tujuan dalam domain psikomotorik, domain kognitif, dan tak kalah pentingnya dalam domain afektif. Konsep diri merupakan fondasi kepribadian anak dan sangat diyakini ada kaitannya dengan pertumbuhan dan perkembangan mereka setelah dewasa kelak.
Tujuan di atas merupakan pedoman bagi guru penjas dalam melaksanakan tugasnya. Tujuan tersebut harus bisa dicapai melalui kegiatan pembelajaran yang direncanakan secara matang, dengan berpedoman pada ilmu mendidik. Dengan demikian, hal terpenting untuk disadari oleh guru penjas adalah bahwa ia harus menganggap dirinya sendiri sebagai pendidik, bukan hanya sebagai pelatih atau pengatur kegiatan.
Misi pendidikan jasmani tercakup dalam tujuan pembelajaran yang meliputi domain kognitif, afektif dan psikomotor. Perkembangan pengetahuan atau sifat-sifat sosial bukan sekedar dampak pengiring yang menyertai keterampilan gerak. Tujuan itu harus masuk dalam perencanaan dan skenario pembelajaran. Kedudukannya sama dengan tujuan pembelajaran pengembangan domain psikomotor.
Dalam hal ini, untuk mencapai tujuan tersebut, guru perlu membiasakan diri untuk mengajar anak tentang apa yang akan dipelajari berlandaskan pemahaman tentang prinsip-prinsip yang mendasarinya. Pergaulan yang terjadi di dalam adegan yang bersifat mendidik itu dimanfaatkan secara sengaja untuk menumbuhkan berbagai kesadaran emosional dan sosial anak. Dengan demikian anak akan berkembang secara menyeluruh, yang akan mendukung tercapainya aneka kemampuan.
F.       Gerak Sebagai Kebutuhan Anak
Dunia anak-anak adalah dunia yang segar, baru, dan senantiasa indah, dipenuhi keajaiban dan keriangan. Demikian Rachel Carson dalam sebuah ungkapannya. Namun demikian, menurut Carson, adalah kemalangan bagi kebanyakan kita bahwa dunia yang cemerlang itu terenggut muram dan bahkan hilang sebelum kita dewasa.  Tiga kata kunci di atas: gerak, gembira, dan belajar. Anak-anak suka bergerak dan suka belajar. Perhatikan bagaimana anak-anak bermain di lapangan. Di sana akan tampak, mereka bergerak dengan keterlibatan yang total dan dipenuhi kegembiraan. Belajar tidak lagi menarik bagi anak. Keceriaan mereka terampas dan hilanglah sebagian “keajaiban” dunia anak-anak mereka. Tidak heran bila anak merasa bahwa belajar ternyata kegiatan yang tidak menyenangkan.

G.      Pentingnya Pendidikan Jasmani
Beban belajar di sekolah begitu berat dan menekan kebebasan anak untuk bergerak. Dengan semakin rendahnya kebugaran jasmani, kian meningkat pula gejala penyakit hipokinetik (kurang gerak). Kegemukan, tekanan darah tinggi, kencing manis, nyeri pinggang bagian bawah, adalah contoh dari penyakit kurang gerak .  Pendidikan Jasmani tampil untuk mengatasi masalah tersebut sehingga kedudukannya dianggap penting. Melalui program yang direncanakan secara baik, anak-anak dilibatkan dalam kegiatan fisik yang tinggi intensitasnya. Pendidikan Jasmani juga tetap menyediakan ruang untuk belajar menjelajahi lingkungan yang ada di sekitarnya dengan banyak mencoba, sehingga kegiatannya tetap sesuai dengan minat anak. Lewat pendidikan jasmanilah anak-anak menemukan saluran yang tepat untuk bergerak bebas dan meraih kembali keceriaannya, sambil terangsang perkembangan yang bersifat menyeluruh. Secara umum, manfaat pendidikan jasmani disekolah mencakup sebagai berikut:
a)      Memenuhi kebutuhan anak akan gerak
b)      Mengenalkan anak pada lingkungan dan potensi dirinya
c)      Menanamkan dasar-dasar keterampilan yang berguna
d)     Menyalurkan energi yang berlebihan
e)      Merupakan proses pendidikan secara serempak baik fisik, mental maupun emosional.
Pendidikan jasmani yang benar akan memberikan sumbangan yang sangat berarti terhadap pendidikan anak secara keseluruhan. Hasil nyata yang diperoleh dari pendidikan jasmani adalah perkembangan yang lengkap, meliputi aspek fisik, mental, emosi, sosial dan moral. Tidak salah jika para ahli percaya bahwa pendidikan jasmani merupakan wahana yang paling tepat untuk “membentuk manusia seutuhnya”.
1.7. Perbedaan Makna Pendidikan Jasmani dan Pendidikan Olahraga
Adapun pendidikan olahraga adalah pendidikan yang membina anak agar menguasai cabang-cabang olahraga tertentu. Kepada murid diperkenalkan berbagai cabang olahraga agar mereka menguasai keterampilan berolahraga. Yang ditekankan di sini adalah ‘ hasil ‘ dari pembelajaran itu, sehingga metode pengajaran serta bagaimana anak menjalani pembelajarannya didikte oleh tujuan yang ingin dicapai. Ciri-ciri pelatihan olahraga menyusup ke dalam proses pembelajaran
Pendidikan jasmani tentu tidak bisa dilakukan dengan cara demikian. Pendidikan jasmani adalah suatu proses yang terencana dan bertahap yang perlu dibina secara hati-hati dalam waktu yang diperhitungkan. Bila orientasi pelajaran pendidikan jasmani adalah agar anak menguasai keterampilan berolahraga, misalnya sepak bola, guru akan lebih menekankan pada pembelajaran teknik dasar dengan kriteria keberhasilan yang sudah ditentukan. Dalam hal ini, guru tidak akan memperhatikan bagaimana agar setiap anak mampu melakukannya, sebab cara melatih teknik dasar yang bersangkutan hanya dilakukan dengan cara tunggal. Beberapa anak mungkin bisa mengikuti dan menikmati cara belajar yang dipilih guru tadi. Tetapi sebagian lain merasa selalu gagal, karena bagi mereka cara latihan tersebut terlalu sulit, atau terlalu mudah.
Anak-anak yang berhasil akan merasa puas dari cara latihan tadi, dan segera menyenangi permainan sepak bola. Tetapi bagaimana dengan anak-anak lain yang kurang berhasil? Mereka akan serta merta merasa bahwa permainan sepak bola terlalu sulit dan tidak menyenangkan, sehingga mereka tidak menyukai pelajaran dan permainan sepak bola tadi. Apalagi bila ketika mereka melakukan latihan yang gagal tadi, mereka selalu diejek oleh teman-teman yang lain atau bahkan oleh gurunya sendiri.
Anak-anak dalam ‘kelompok gagal’ ini biasanya mengalami perasaan negatif. Akibatnya, citra diri anak tidak berkembang dan anak cenderung menjadi anak yang rendah diri. Melalui pembelajaran pendidikan jasmani yang efektif, semua kecenderungan tadi bisa dihapuskan, karena guru memilih cara agar anak yang kurang terampil pun tetap menyukai latihan memperoleh pengalaman sukses. Di samping guru membedakan bentuk latihan yang harus dilakukan setiap anak, kriteria keberhasilannya pun dibedakan pula.
H.    Dasar Falsafah Pendidikan Jasmani
Pendidikan jasmani merupakan suatu bagian yang tidak terpisahkan dari pendidikan umum. Lewat program penjas dapat diupayakan peranan pendidikan untuk mengembangkan kepribadian individu. Tanpa penjas, proses pendidikan di sekolah akan pincang.Ada tiga hal penting yang bisa menjadi sumbangan unik dari pendidikan jasmani, yaitu:
a)                 Meningkatkan kebugaran jasmani dan kesehatan siswa,
b)                Meningkatkan terkuasainya keterampilan fisik yang kaya, serta
c)                 Meningkatkan pengertian siswa dalam prinsip-prinsip gerak serta bagaimana menerapkannya dalam praktek.
Untuk meneliti aspek penting dari penjas, dasar-dasar pemikiran seperti berikut perlu dipertimbangkan.
I.       Kebugaran dan kesehatan
Kebugaran dan kesehatan akan dicapai melalui program pendidikan jasmani yang terencana, teratur dan berkesinambungan. Dengan beban kerja yang cukup berat serta dilakukan dalam jangka waktu yang cukup secara teratur, kegiatan tersebut akan berpengaruh terhadap perubahan kemampuan fungsi organ-organ tubuh seperti jantung dan paru-paru. Sistem peredaran darah dan pernapasan akan bertambah baik dan efisien, didukung oleh sistem kerja penunjang lainnya. Dengan bertambah baiknya sistem kerja tubuh akibat latihan, kemampuan tubuh akan meningkat dalam hal daya tahan, kekuatan dan kelentukannya. Demikian juga dengan beberapa kemampuan motorik seperti kecepatan, kelincahan dan koordinasi.
1.      Keterampilan fisik
Keterlibatan anak dalam asuhan permainan, senam, kegiatan bersama, dan lain-lain, merangsang perkembangan gerakan yang efisien yang berguna untuk menguasai berbagai keterampilan. Keterampilan tersebut bisa berbentuk keterampilan dasar misalnya berlari dan melempar serta keterampilan khusus seperti senam atau renang. Pada akhirnya keterampilan itu bisa mengarah kepada keterampilan yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
2.      Terkuasainya prinsip-prinsip gerak
Pendidikan jasmani yang baik harus mampu meningkatkan pengetahuan anak tentang prinsip-prinsip gerak. Pengetahuan tersebut akan membuat anak mampu memahami bagaimana suatu keterampilan dipelajari hingga tingkatannya yang lebih tinggi. Dengan demikian, seluruh gerakannya bisa lebih bermakna.
3.      Kemampuan berpikir
Memang sulit diamati secara langsung bahwa kegiatan yang diikuti oleh anak dalam pendidikan jasmani dapat meningkatkan kemampuan berpikir anak. Namun demikian dapat ditegaskan di sini bahwa pendidikan jasmani yang efektif mampu merangsang kemampuan berpikir dan daya analisis anak ketika terlibat dalam kegiatan-kegiatan fisiknya. Pola-pola permainan yang memerlukan tugas-tugas tertentu akan menekankan pentingnya kemampuan nalar anak dalam hal membuat keputusan..
4.      Kepekaan rasa
Dalam hal olah rasa, pendidikan jasmani menempati posisi yang sungguh unik. Kegiatannya yang selalu melibatkan anak dalam kelompok kecil maupun besar merupakan wahana yang tepat untuk berkomunikasi dan bergaul dalam lingkup sosial. Dalam kehidupan sosial, setiap individu akan belajar untuk bertanggung jawab melaksanakan peranannya sebagai anggota masyarakat. Di dalam masyarakat banyak norma yang harus ditaati dan aturan main yang melandasinya. Melalui penjas, norma dan aturan juga dipelajari, dihayati dan diamalkan.
5.      Keterampilan sosial
Kecerdasan emosional atau keterampilan hidup bermasyarakat sangat mementingkan kemampuan pengendalian diri. Dengan kemampuan ini seseorang bisa berhasil mengatasi masalah dengan kerugian sekecil mungkin. Anak-anak yang rendah kemampuan pengendalian dirinya biasanya ingin memecahkan masalah dengan kekerasan dan tidak merasa ragu untuk melanggar berbagai ketentuan.
6.      Kepercayaan diri dan citra diri (self esteem)
Melalui pendidikan jasmani kepercayaan diri dan citra diri (self esteem) anak akan berkembang. Secara umum citra diri diartikan sebagai cara kita menilai diri kita sendiri. Citra diri ini merupakan dasar untuk perkembangan kepribadian anak. Dengan citra diri yang baik seseorang merasa aman dan berkeinginan untuk mengeksplorasi dunia. Dia mau dan mampu mengambil resiko, berani berkomunikasi dengan teman dan orang lain, serta mampu menanggulangi stress.
















BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Tujuan pendidikan jasmani adalah memberikan kesempatan kepada anak untuk mempelajari berbagai kegiatan yang dapat membina sekaligus mengembangkan potensi anak, baik dalam aspek fisik, mental, sosial, emosional dan moral. selain itu, kedudukan pendidikan jasmani sangat begitu penting dikalangan masyarakat kita sekarang ini dimana dengan adanya tekhnologi cenderung membuat masyarakat malas akan melakukan kegiatan karena mereka lebih suka duduk asyik dengan alat elektroniknya, dan akibatnya muncul penyakit yang tidak semestinya ia derita. Adapun manfaat yang kita dapatkan dari pendidikan penjaskes diantaranya:
1. dapat membentuk otot sehingga badan terlihat bagus.
2. Tubuh akan terasa lebih fresh dalam melakukan kegiatan setiap harinya serta pikiran yang lebih tenang.
3. Dengan fisik yang kuat tubuh kita tidak akan mudah terserang penyakit.
 4. Tulang dalam tubuh akan lebih kokoh / kuat.
5. Dengan adanya penjaskes maka berarti kita telah mencegah penyakit dalam tubuh kita karena pepatah mengatakan ‘lebih baik mencegah daripada mengobati’.
B.     saran-saran
Demi kemajuan pemahaman di bidang pendidikan jasmani dan cara pengajarannya, kami merasa sangat perlu memberikan saran kepada pembaca tentang anak didik yang akan diajar / dibina. Bahwa seorang guru penjaskes sudah semestinya harus banyak menguasai / mengetahui tentang keterampilan-keterampilan yang akan diajarkan kepada anak didik / muridnya. sehingga apa yang ia ajarkan akan lebih bermanfaat dan dapat diterima dengan baik oleh muridnya.

                         DAFTAR PUSTAKA