Tugas : Individu
Dosen : Dr. hj. Hasmiati, M.kes



NAMA :
HAERUDDIN
NIM : 13B04017
PROGRAM : PENJAS DAN OLAHRAGA
PASCASARJANA
UNIVERSITAS
NEGERI MAKASSAR
2013
KATA PENGANTAR
Segala
puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT Rabb alam semesta atas
segala rahmat dan karunia-Nya. Sehingga penilis dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini dengan judul “AZAZ DAN FALSAFAH PENJAS” Serta tidak lupa kita panjatkan.
Shalawat dan taslim kepada junjungan Nabiullah Muhammad SAW dan Kepada
keluarga, para sahabatnya dan kepada kita selaku ummatnya
Makalah
ini diajukan sebagai salah satu tugas mata kuliah. Untuk itu, pada kesempatan
ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang turut
memberikan dorongan dan bantuan dalam penyelesaian makalah ini.
Penulis
berharap makalah ini dapat bermanfaat
dan diterima oleh semua pihak. Oleh karena itu, saran dan keritik yang
membangun penulis harapkan dari para pembaca, Demi kesempurnaan makalah ini.
Makassar, 3 Juli 2013
Penyusun.
DAFTAR ISI
Halaman Judul………………………………………..………………………… x
Kata Pengantar…………………………………………………………………. i
Daftar Isi………………………………………………………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang…………………………………………………………...... 1
B.
Rumusan Masalah……………………………………………………......... 2
C.
Tujuan
. …………………………………………………………………….. 2
BAB II PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Pendidikan Jasmani……………………………………….. 3
B.
Pengertian
Falsafah.........................................................................
3
1.
Radikal................................................... ....................................... 4
2.
Sistematik
........................................................ ............................ 4
3.
Sejagat....................................................................................... 4
C. Kedudukan
pendidikan jasmani dan Asas Falsafah………………….
5
D. Hakikat
Pendidikan Jasmani ………………………………………….. 6
E.
Tujuan Pendidikan Jasmani …………………………………………... 9
F.
Gerak Sebagai Kebutuhan Anak………………………………………. 10
G.
Pentingnya Pendidikan Jasmani ………………………………………. 11
H.
Dasar Falsafah
Pendidikan Jasmani…………………………………... 13
I.
Kebugaran dan
kesehatan……………………………………………… 13
BAB
III PENUTUP
A.
Kesimpulan……………………………………………………............... 16
B. Saran ……………………………………………………………............ 16
DAFTAR
PUSTAKA……………………………………………………………. 17
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada hakikatnya pendidikan jasmani adalah proses yang
memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan dalam kualitas diri
seseorang baik dalam hal fisik, mental, serta emosional. Pendidikan jasmani
memperlakukan seseorang sebagai sebuah kesatuan utuh, mahluk total, dari pada
hanya menganggapnya sebagai seseorang yang terpisah kualitas fisik dan
mentalnya pendidikan jasmani adalah suatu ilmu pendidikan yang memiliki kajian
yang begitu luas. Titik fokusnya adalah memberikan peningkatan pada gerak fungsi,
Lebih utamanya penjas berkaitan dengan hubungan antara gerak seseorang dan
wilayah pendidikan lainnya hubungan dari perkembangan tubuh fisik dan fikiran
serta jiwanya.
Pendidikan diartikan dengan sebagai
ungkapan dan kalimat namun pada akhirnya memiliki esensi yang sama dimana jika
disimpulkan akan bermakna jelas bahwa pendidikan jasmani memanfaatkan alat
fisik untuk pengembangan kebutuhan manusia. Dalam kaitannya diartikan bahwa
melalui fisik aspek mental dan emosional turut terkembangkan, bahkan sampai
pada penekanan yang cukup dalam. Berbeda dengan bidang lain misalnya pendidikan
moral, yang penekanannya benr-benar pada perkembangan moral, tetapi aspek fisik
tidak terkembangkan baik langsung maupun tidak. sungguh, pendidikan jasmani ini
karenanya harus menyebabkan perbaikan dalam ‘pikiran dan tubuh’ yang
mempengaruhi seluruh aspek kehidupan harian seseorang.
Pendidikan jasmani merupakan
bagian penting dari proses pendidikan. Artinya, penjas bukan hanya dekorasi
atau ornamen yang ditempel pada program sekolah sebagai alat untuk membuat anak
sibuk. Tetapi penjas adalah bagian penting dari pendidikan. Melalui penjas yang
diarahkan dengan baik, anak-anak akan mengembangkan keterampilan yang berguna
bagi pengisian waktu senggang, terlibat dalam aktivitas yang kondusif untuk
mengembangkan hidup sehat, berkembang secara sosial, dan menyumbang pada
kesehatan fisik dan mentalnya.
Pendidikan jasmani merupakan
wahana pendidikan, yang memberikan kesempatan bagi anak untuk mempelajari
hal-hal yang penting. Oleh karena itu, pelajaran penjas tidak kalah penting
dibandingkan dengan pelajaran lain seperti; Matematika, Bahasa, IPS dan IPA,
dan lain-lain.
Namun demikian tidak semua guru
penjas menyadari hal tersebut, sehingga banyak anggapan bahwa penjas boleh dilaksanakan
secara serampangan. Hal ini tercermin dari berbagai gambaran negatif tentang
pembelajaran penjas, mulai dari kelemahan proses yang menetap misalnya
membiarkan anak bermain sendiri hingga rendahnya mutu hasil pembelajaran,
seperti kebugaran jasmani yang rendah.
B.
Rumusan Masalah
1. Menjelaskan tentang Pengertian
Pendidikan Jasmani !
2. Menjelaskan tentang Pengertian
Falsafah !
3. Menjelaskan tentang Kedudukan Pendidikan
Jasmani dan Asas Falsafah !
4. Menjelaskan tentang Hakikat
Pendidikan Jasmani !
5. Menjelaskan tentang Tujuan
Pendidikan jasmani !
C.
Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian
Pendidikan Jasmani
2. Untuk mengetahui Pengertian Falsafah
3. Untuk mengetahui Kedudukan
Pendidikan Jasmani dan Asas Falsafah
4. Untuk mengetahui Hakikat Pendidikan
Jasmani
5. Untuk mengetahui Tujuan Pendidikan
Jasmani
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
pendidikan jasmani
Apakah sebenarnya pendidikan
jasmani dan apa tujuannya? Secara umum pendidikan jasmani dapat didefinisikan
sebagai berikut:
Ø
Pendidikan jasmani adalah Peroses pendidikan yang
memanfaatkan aktifitas tubuh yang direncanakan secara sistematis yang bertujuan
untuk meningkatkan dan mengembangkan individu secara organik, neuromuskuler,
intelektual, dan emosionalnya.
Pendidikan jasmani diartikan
sebagai proses pendidikan melalui aktivitas jasmani atau olahraga. Inti
pengertiannya adalah mendidik anak. Yang membedakannya dengan mata pelajaran
lain adalah alat yang digunakan adalah gerak insani, manusia yang bergerak
secara sadar. Gerak itu dirancang secara sadar oleh gurunya dan diberikan dalam
situasi yang tepat, agar dapat merangsang pertumbuhan dan perkembangan anak
didik.
B. Pengertian Falsafah
Falsafah ialah suatu disiplin ilmiahh yang mengusahakan
kebenaran yang umum dan asas. Perkataan falsafah dalam bahasa melayu berasal
dari bahasa arab dan yunani {philosopia}, yang bermaksud “cinta kepada hikmah”
secara umumnya, falsafah mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1. Merupakan suatu usaha pemikiran yang
tuntas
2. Tujuanya adalah untuk mendapatkan
kebenaran
Sehingga kini, ahli falsafah masih belum mencapai kata
sepakat mengenai takrifan falsafah. Malah ada yang mngatakan bahwa
falsafahmerupakan sesuatu yang tidak dapat ditakrifkan. Ini di karenakan kita
dapat berfalsafah tentang pengertian falsafah. maka dengan iitulah kita akan
menemui pendapat yang berbeda-beda mengenai
takrif falsafah dari para ahli
falsafah. Sebagai rujukan umum dalam hal
ini kita mengambil contoh takrif dari Drs. sidi gazalba Berfalsafah ialah
mencari kebenaran tentang segala sesuatu
yang dipermasalahkan, baik pemikiran secara radikal sistematik maupun sejagat.
Apabila seseorang berpikir demikian dalam menghadapi masalah maka sangat erat
hubungannya dengan falsafah.
Berfalsafah secara mudah dapat dimaksudkan sebagai
memikirkan sesuatu dengan mendalam. Dimana berfalsafah merupakan bagian penting
dari falsafah. Ini bisa dikatakan sebagai inti dari falsafah. Berfikir secara
falsafah ini mengandung tiga ciri:
1.
Radikal ini bermaksud bahwa berfalsafah
merupakan corak pemikiran yang tuntas, dengan ini dapat terfikirkan secara
mendalam hingga sampai pada akar bagi suatu masalah.
2.
Sistematik ialah berfikir logik, yang bergerak
selangkah demi selangkah dengan penuh kesadaran yang tersusun rapi.
3.
Sejagat ialah pemikiran tidak terbatas pada
bagian-bagian tertentu, tapi merupakan jawaban bagi suatu persoalan.
Ketika berfalsafah, seseorang tidak dirujuk pada sumber
kewibawaan dalam menyelesaikan suatu persoalan. Sebaliknya, yakni ditujukan
untuk menjawab persoalan tersebut dengan akal sehat.
Persoalan falsafah ialah topik yang dibicarakan dalam bidang
falsafah. Ini bisa diibaratkan sebagai isi dalam falsafah. Persoalan falsafah
setianya disifatkan sebagai soalan yang sangat rumit, dan memerlukan pemikiran
yang bersungguh-sungguh. Suatu persoalan falsafah dimana apabila persoalan itu
tidak dapat diselesaikan melalui kaedah pengamatan ataupun kaedah sains.
Biasanya, persoalannya akan melibatkan tentang konsep, idealogi, dan
perkara-perkara lain yang abstrak.Bidang falsafah memberikan nilai yang tinggi
kepada soalan yang baik, atau persoalan yang memiliki nilai kefalsafahannya.
Ini karena persoalan yang baik akan mendatangkan jawaban yang baik, Kategori falsafah ada lima bidang
berdasarkan persoalannya, yaitu:
1.
Metafizik
yaitu bidang falsafah yang memikirkan tentang kewujudan.
2.
Epistmologi
yaitu bidang falsafah yang berfikir tentang ilmu pengetahuan.
3.
Etika
yaitu bidang falsafah yang memikirkan tentang kemoralan manusia.
4.
Logik
adalah suatu bidang falsafah yang mengkaji penaakulan manusia.
5.
Estetika
yakni bidang falsafah yang memikirkan tentang keindahan.
Tradisi falsafah menurut socrates ialah sesuatu yang diusahakan oleh
setiap bangsa. Karena manusia secara semula jadinya mempunyai fitrah ingin tahu
dan cenderung kepada kebenaran. Maka dari itu tradisi falasafah terbina oleh
kelompok manusia yang mengadakan pendekatan yang berbeda terhadap falsafah.
Dalam suatu tradisi falsafah, anggotanya akan mempunyai minat yng sama dalam
suatu persoalan falsafah dan juga mempunyai pengaruh yang sama daripada
seseorang tokoh falsafah.
C.
Kedudukan pendidikan jasmani dan
Asas Falsafah
Bangsa kita saat ini tengah
digoncang dengan maraknya alat-alat tekhnologi yang canggih dimasyarakat
ditambah dengan adanya krisis ekonomi yang sangat memukul hati bangsa kita, dan
hingga kini rasa itu terus membekas
bagaikan luka didalam sebagian besar masyarakat kita belum lagi kondisi
dunia saat ini yang dihadapkan pada perebutan kekuasaan dan politik yang
mengakibatkan ekonomi bangsa kita telah terjatuh pada keadaan yang tak dapat
terkendali lagi. Dan buah dari semua itu manghasilkan suatu persoalan yang
diantaranya harga barang yang tak dapat terkendali selalu pada level yang
tinggi, sulitnya hidup bagi para kaum kecil, ditambah konflik yang terus
terjadi diberbagai daerah dan kota, serta tinggginya pengangguran hingga
defisit negeri kita yang semakin memuncak.
Meskipun negara-negara maju telah
mengambil langkah-langkah yang pasti terhadap persoalan tersebut, namun negeri
kita tetap dalam keadaan yang lemah, tidak hanya itu namun kemajuan tekhnologi
informasi dan komunikasi juga telah mencapai saat yang begitu maju yang akhirnya
menghadapkan kepada para remaja dan anak-anak kita hidup pada gaya yang semakin
jauh dari semangat perkembangan total,karena mereka lebih asyik duduk dan
bersantai yang akhirnya mengorbankan
kepentingan keunggulan fisik dan moralnya secara individu. Mereka lebih
mengutamakan bahkan senang dengan gaya hidup sedenter { kurang gerak}. Ini
diakibatkan dengan adanya tekhnologi yang hampir semua pekerjaan dan gerakan
hanya dilakukan oleh serangkaian mesin yang tidak lain hanya membuat orang
menjadi malas. Akhirnya akan menimbulkan sebuah efek dimana kaki dan tangan
tidak dapat lagi melakukan olahraga sebagaimana mestinya, dalam keadaan serta
kondisi seperti inilah kita akan dapat mengetahi peranan makna dan kedudukan
pendidikan jasmani.
D. Hakikat
Pendidikan Jasmani
Pendidkan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan
yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam
kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional. Pendidikan
jasmani memperlakukan anak sebagai sebuah kesatuan utuh, mahluk total, daripada
hanya menganggapnya sebagai seseorang yang terpisah kualitas fisik dan
mentalnya.
Pendidikan jasmani adalah suatu bidang kajian yang sungguh
luas. Titik perhatiannya adalah peningkatan gerak manusia. Lebih khusus lagi,
penjas berkaitan dengan hubungan antara gerak manusia dan wilayah pendidikan
lainnya: hubungan dari perkembangan tubuh-fisik dengan pikiran dan jiwanya.
Fokusnya pada pengaruh perkembangan fisik terhadap wilayah pertumbuhan dan
perkembangan aspek lain dari manusia itulah yang menjadikannya unik. Tidak ada
bidang tunggal lainnya seperti pendidikan jasmani yang berkepentingan dengan
perkembangan total manusia.Per definisi, pendidikan jasmani diartikan dengan
berbagai ungkapan dan kalimat. Namun esensinya sama, yang jika disimpulkan bermakna jelas, bahwa
pendidikan jasmani memanfaatkan alat fisik untuk mengembangan keutuhan manusia.
Dalam kaitan ini diartikan bahwa melalui fisik, aspek mental dan emosional pun
turut terkembangkan, bahkan dengan penekanan yang cukup dalam. Berbeda dengan
bidang lain, misalnya pendidikan moral, yang penekanannya benar-benar pada
perkembangan moral, tetapi aspek fisik tidak turut terkembangkan,baik langsung
maupun secaratidaklangsung. Sungguh, pendidikan jasmani ini karenanya harus
menyebabkan perbaikan dalam ‘pikiran dan tubuh’ yang mempengaruhi seluruh aspek
kehidupan harian seseorang. Pendekatan holistik tubuh-jiwa ini termasuk pula
penekanan pada ketiga domain kependidikan: psikomotor, kognitif, dan afektif.
Dengan meminjam ungkapan Robert Gensemer, penjas diistilahkan sebagai proses
menciptakan “tubuh yang baik bagi tempat pikiran atau jiwa.” Artinya, dalam
tubuh yang baik ‘diharapkan’ pula terdapat jiwa yang sehat, sejalan dengan pepatah
Romawi Kuno: Men sana in corporesano.
Kesatuan Jiwa dan Raga Pertanyaan sulit di sepanjang jaman
adalah pemisahan antara jiwa dan raga atau tubuh. Kepercayaan umum menyatakan
bahwa jiwa dan raga terpisah, dengan penekanan berlebihan pada satu sisi tertentu,
disebut dualisme, yang mengarah pada penghormatan lebih pada jiwa, dan
menempatkan kegiatan fisik secara lebih inferior.
Pandangan yang berbeda lahir dari
filsafat monisme, yaitu suatu kepercayaan yang memenangkan kesatuan tubuh dan
jiwa. Kita bisa melacak pandangan ini dari pandangan Athena Kuno, dengan
konsepnya “jiwa yang baik di dalam raga yang baik.” Moto tersebut sering
dipertimbangkan sebagai pernyataan ideal dari tujuan pendidikan jasmani
tradisional: aktivitas fisik mengembangkan seluruh aspek dari tubuh; yaitu
jiwa, tubuh, dan spirit. Ungkapan Zeigler bahwa fokus dari bidang pendidikan
jasmani adalah aktivitas fisik yang mengembangkan, bukan semata-mata aktivitas
fisik itu sendiri. Selalu terdapat tujuan pengembangan manusia dalam program
pendidikan jasmani. Akan
tetapi, pertanyaan nyata yang harus dikedepankan di sini bukanlah ‘apakah kita
percaya terhadap konsep holistik tentang pendidikan jasmani, tetapi, apakah
konsep tersebut saat ini bersifat dominan dalam masyarakat kita atau di antara
pengemban tugas penjas sendiri?
Dalam masyarakat sendiri, konsep dan kepercayaan terhadap pandangan dualisme di atas masih kuat berlaku. Bahkan termasuk juga pada sebagian besar guru penjas sendiri, barangkali pandangan demikian masih kuat mengakar, entah akibat dari kurangnya pemahaman terhadap falsafah penjas sendiri, maupun karena kuatnya kepercayaan itu. Yang pasti, masih banyak guru penjas yang sangat jauh dari menyadari terhadap peranan dan fungsi pendidikan jasmani di sekolah-sekolah, sehingga proses pembelajaran penjas di sekolahnya masih lebih banyak ditekankan pada program yang berat sebelah pada aspek fisik semata-mata. Bahkan, dalam kasus Indonesia, penekanan yang berat itu masih dipandang labih baik, karena ironisnya, justru program pendidikan jasmani di kita malahan tidak ditekankan ke mana-mana. Itu karena pandangan yang sudah lebih parah, yang memandang bahwa program penjas dipandang tidak penting sama sekali. Nilai-nilai yang dikandung penjas untuk mengembangkan manusia utuh menyeluruh, sungguh masih jauh dari kesadaran dan pengakuan masyarakat kita. Ini bersumber dan disebabkan oleh kenyataan pelaksanaan praktik penjas di lapangan. Teramat banyak kasus atau contoh di mana orang menolak manfaat atau nilai positif dari penjas dengan menunjuk pada kurang bernilai dan tidak seimbangnya program pendidikan jasmani di lapangan seperti yang dapat mereka lihat. Perbedaan atau kesenjangan antara apa yang kita percayai dan apa yang kita praktikkan (gap antara teori dan praktek) adalah sebuah duri dalam bidang pendidikan jasmani kita. Hubungan Pendidikan Jasmani dengan Bermain dan Olahraga Bermain pada intinya adalah aktivitas yang digunakan sebagai hiburan. Kita mengartikan bermain sebagai hiburan yang bersifat fisikal yang tidak kompetitif, meskipun bermain tidak harus selalu bersifat fisik. Bermain bukanlah berarti olahraga dan pendidikan jasmani, meskipun elemen dari bermain dapat ditemukan di dalam keduanya.
Dalam masyarakat sendiri, konsep dan kepercayaan terhadap pandangan dualisme di atas masih kuat berlaku. Bahkan termasuk juga pada sebagian besar guru penjas sendiri, barangkali pandangan demikian masih kuat mengakar, entah akibat dari kurangnya pemahaman terhadap falsafah penjas sendiri, maupun karena kuatnya kepercayaan itu. Yang pasti, masih banyak guru penjas yang sangat jauh dari menyadari terhadap peranan dan fungsi pendidikan jasmani di sekolah-sekolah, sehingga proses pembelajaran penjas di sekolahnya masih lebih banyak ditekankan pada program yang berat sebelah pada aspek fisik semata-mata. Bahkan, dalam kasus Indonesia, penekanan yang berat itu masih dipandang labih baik, karena ironisnya, justru program pendidikan jasmani di kita malahan tidak ditekankan ke mana-mana. Itu karena pandangan yang sudah lebih parah, yang memandang bahwa program penjas dipandang tidak penting sama sekali. Nilai-nilai yang dikandung penjas untuk mengembangkan manusia utuh menyeluruh, sungguh masih jauh dari kesadaran dan pengakuan masyarakat kita. Ini bersumber dan disebabkan oleh kenyataan pelaksanaan praktik penjas di lapangan. Teramat banyak kasus atau contoh di mana orang menolak manfaat atau nilai positif dari penjas dengan menunjuk pada kurang bernilai dan tidak seimbangnya program pendidikan jasmani di lapangan seperti yang dapat mereka lihat. Perbedaan atau kesenjangan antara apa yang kita percayai dan apa yang kita praktikkan (gap antara teori dan praktek) adalah sebuah duri dalam bidang pendidikan jasmani kita. Hubungan Pendidikan Jasmani dengan Bermain dan Olahraga Bermain pada intinya adalah aktivitas yang digunakan sebagai hiburan. Kita mengartikan bermain sebagai hiburan yang bersifat fisikal yang tidak kompetitif, meskipun bermain tidak harus selalu bersifat fisik. Bermain bukanlah berarti olahraga dan pendidikan jasmani, meskipun elemen dari bermain dapat ditemukan di dalam keduanya.
Olahraga di pihak lain adalah suatu
bentuk bermain yang terorganisir dan bersifat kompetitif. Beberapa ahli
memandang bahwa olahraga semata-mata suatu bentuk permainan yang terorganisasi,
yang menempatkannya lebih dekat kepada istilah pendidikan jasmani. Akan tetapi,
pengujian yang lebih cermat menunjukkan bahwa secara tradisional, olahraga melibatkan
aktivitas kompetitif.
Bermain, olahraga dan pendidikan
jasmani melibatkan bentuk-bentuk gerakan, dan ketiganya dapat melumat secara
pas dalam konteks pendidikan jika digunakan untuk tujuan-tujuan kependidikan.
Bermain dapat membuat rileks dan menghibur tanpa adanya tujuan pendidikan,
seperti juga olahraga tetap eksis tanpa ada tujuan kependidikan. untuk
kepentingan pendidikan, atau untuk kombinasi keduanya. Kesenangan dan
pendidikan tidak harus dipisahkan secara eksklusif; keduanya dapat dan harus
beriringan bersama. Lalu bagaimana
dengan rekreasi dan dansa (dance)? Rekreasi adalah aktivitas untuk mengisi
waktu senggang. Akan tetapi, rekreasi dapat pula memenuhi salah satu definisi
“penggunaan berharga dari waktu luang.” Dalam pandangan itu, aktivitas
diseleksi oleh individu sebagai fungsi memperbaharui ulang kondisifisik dan
jiwa, sehingga tidak berarti hanya membuang-buang waktu atau membunuh waktu.
Rekreasi adalah aktivitas yang menyehatkan pada aspek fisik, mental dan sosial.
Jay B. Nash menggambarkan bahwa rekreasi adalah pelengkap dari kerja, dan
karenanya merupakan kebutuhan semua orang. Dengan
demikian, penekanan dari rekreasi adalah dalam nuansa “mencipta kembali”
(re-creation) orang tersebut, upaya revitalisasi tubuh dan jiwa yang terwujud
karena menjauh’ dari aktivitas rutin dan kondisi yang menekan dalam kehidupan
sehari-hari.
E.
Tujuan Pendidikan Jasmani
Tujuan
pendidikan adalah untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berolahraga. Ada
pula yang berpendapat, tujuannya adalah meningkatkan taraf kesehatan anak yang baik, dan tidak bisa
disangkal pula pasti ada yang mengatakan, bahwa tujuan pendidikan jasmani
adalah untuk meningkatkan kebugaran jasmani. Kesemua jawaban di atas benar
belaka., sebab yang paling penting dari kesemuanya itu tujuannya bersifat
menyeluruh.
Secara
sederhana, pendidikan jasmani memberikan kesempatan kepada siswa untuk:
1. Mengembangkan pengetahuan dan
keterampilan yang berkaitan dengan aktivitas jasmani, perkembangan estetika,
dan perkembangan sosial.
2. Mengembangkan kepercayaan diri dan
kemampuan untuk menguasai keterampilan gerak dasar yang akan mendorong
partisipasinya dalam aneka aktivitas jasmani.
3. Memperoleh dan mempertahankan
derajat kebugaran jasmani yang optimal untuk melaksanakan tugas sehari-hari secara
efisien dan terkendali.
4. Mengembangkan nilai-nilai pribadi
melalui partisipasi dalam aktivitas jasmani baik secara kelompok maupun
perorangan.
5. Berpartisipasi dalam aktivitas
jasmani yang dapat mengembangkan keterampilan sosial yang memungkinkan siswa
berfungsi secara efektif dalam hubungan antar orang.
6. Menikmati kesenangan dan keriangan
melalui aktivitas jasmani, termasuk permainan olahraga. Diringkaskan dalam terminologi yang
populer, maka tujuan pembelajaran pendidikan jasmani itu harus mencakup tujuan
dalam domain psikomotorik, domain kognitif, dan tak kalah pentingnya dalam
domain afektif. Konsep
diri merupakan fondasi kepribadian anak dan sangat diyakini ada kaitannya
dengan pertumbuhan dan perkembangan mereka setelah dewasa kelak.
Tujuan di atas merupakan pedoman bagi guru penjas dalam melaksanakan
tugasnya. Tujuan tersebut harus bisa dicapai melalui kegiatan pembelajaran yang
direncanakan secara matang, dengan berpedoman pada ilmu mendidik. Dengan
demikian, hal terpenting untuk disadari oleh guru penjas adalah bahwa ia harus
menganggap dirinya sendiri sebagai pendidik, bukan hanya sebagai pelatih atau
pengatur kegiatan.
Misi pendidikan jasmani tercakup dalam tujuan pembelajaran yang meliputi
domain kognitif, afektif dan psikomotor. Perkembangan pengetahuan atau
sifat-sifat sosial bukan sekedar dampak pengiring yang menyertai keterampilan
gerak. Tujuan itu harus masuk dalam perencanaan dan skenario pembelajaran.
Kedudukannya sama dengan tujuan pembelajaran pengembangan domain psikomotor.
Dalam hal ini, untuk mencapai tujuan tersebut, guru perlu membiasakan diri
untuk mengajar anak tentang apa yang akan dipelajari berlandaskan pemahaman
tentang prinsip-prinsip yang mendasarinya. Pergaulan yang terjadi di dalam
adegan yang bersifat mendidik itu dimanfaatkan secara sengaja untuk menumbuhkan
berbagai kesadaran emosional dan sosial anak. Dengan demikian anak akan
berkembang secara menyeluruh, yang akan mendukung tercapainya aneka kemampuan.
F.
Gerak Sebagai Kebutuhan Anak
Dunia
anak-anak adalah dunia yang segar, baru, dan senantiasa indah, dipenuhi
keajaiban dan keriangan. Demikian Rachel Carson dalam sebuah ungkapannya. Namun
demikian, menurut Carson, adalah kemalangan bagi kebanyakan kita bahwa dunia
yang cemerlang itu terenggut muram dan bahkan hilang sebelum kita dewasa. Tiga
kata kunci di atas: gerak, gembira, dan belajar. Anak-anak suka bergerak dan
suka belajar. Perhatikan bagaimana anak-anak bermain di lapangan. Di sana akan
tampak, mereka bergerak dengan keterlibatan yang total dan dipenuhi
kegembiraan. Belajar tidak lagi menarik bagi anak. Keceriaan mereka terampas
dan hilanglah sebagian “keajaiban” dunia anak-anak mereka. Tidak heran bila
anak merasa bahwa belajar ternyata kegiatan yang tidak menyenangkan.
G.
Pentingnya Pendidikan Jasmani
Beban belajar di sekolah begitu
berat dan menekan kebebasan anak untuk bergerak. Dengan semakin rendahnya
kebugaran jasmani, kian meningkat pula gejala penyakit hipokinetik (kurang
gerak). Kegemukan, tekanan darah tinggi, kencing manis, nyeri pinggang bagian
bawah, adalah contoh dari penyakit kurang gerak . Pendidikan
Jasmani tampil untuk mengatasi masalah tersebut sehingga kedudukannya dianggap
penting. Melalui program yang direncanakan secara baik, anak-anak dilibatkan
dalam kegiatan fisik yang tinggi intensitasnya. Pendidikan Jasmani juga tetap
menyediakan ruang untuk belajar menjelajahi lingkungan yang ada di sekitarnya
dengan banyak mencoba, sehingga kegiatannya tetap sesuai dengan minat anak.
Lewat pendidikan jasmanilah anak-anak menemukan saluran yang tepat untuk
bergerak bebas dan meraih kembali keceriaannya, sambil terangsang perkembangan
yang bersifat menyeluruh. Secara umum, manfaat pendidikan jasmani disekolah
mencakup sebagai berikut:
a)
Memenuhi
kebutuhan anak akan gerak
b)
Mengenalkan
anak pada lingkungan dan potensi dirinya
c)
Menanamkan
dasar-dasar keterampilan yang berguna
d)
Menyalurkan
energi yang berlebihan
e)
Merupakan
proses pendidikan secara serempak baik fisik, mental maupun emosional.
Pendidikan jasmani yang benar akan memberikan
sumbangan yang sangat berarti terhadap pendidikan anak secara keseluruhan.
Hasil nyata yang diperoleh dari pendidikan jasmani adalah perkembangan yang
lengkap, meliputi aspek fisik, mental, emosi, sosial dan moral. Tidak salah
jika para ahli percaya bahwa pendidikan jasmani merupakan wahana yang paling
tepat untuk “membentuk manusia seutuhnya”.
|